BAB I
(PENDAHULUAN)
A.
LATAR
BELAKANG
Kebudayaan
adalah segala hal yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia, yang
dihayati dan dimiliki bersama. Didalam kebudayaan terdapat kepercayaan kesenian
dan adat istiadat. Kata kebudayaan memiliki kata dasar “budaya” yang berarti pikiran
, akal budi, hasil.Menurut ilmu Antropologi yang disampaikan oleh
Koentjaraningrat (1985).Kebudayaan adalah seluruh kemampuan manusia yang
didasarkan pada pemikiran , tercemin pada perilaku dan pada benda –benda hasil
karya mereka, yang diperoleh dengan cara belajar.Dengan demikian kebudaayaan
merupakan ciptaan manusia. Di era globalisai ini semakin banyak masyarakat yang menganggap kesenian khas daerah yang
dalam hal ini adalah Reog Ponorogo hanya sebuah kesenian masa lalu yang
dianggap kesenian memanggil setan dengan aura mistis. Dan dalam kenyataannya
semakin banyak masyarakat yang melupakan warisan kebudayan daerah karena
semakin majunya hiburan.Reog Ponoroga merupakan kesenian khas Ponorogo
yang pada akhirnya akan luntur apabila
tidak ada peran pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dalam melestarikan
kesenian tersebut dan bahkan warga negara lain yang notabene buka merupakan
kesenian khas daerah meraka justru mau melestarikan peninggalan budaya masa
lalu itu. Dan dampaknya muncul kontraversi kalau negara tetangga mulai mengakui
kesenian khas daerah negara kita.
B.
RUMUSAN
PERMASALAHAN
1. Pengertian
Reog Ponorogo
2. Sejarah Reog
Ponorogo
3. Pementasan
Reog Ponorogo
4. Tokoh Dalam
Pementasan Reog Ponorogo
BAB II
(PEMBAHASAN)
1.Pengertian Reog
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa
Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota
Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak,
dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah
satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang
berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
2.Sejarah Reog
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang
berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok (Departmen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1978-1979, Reog di Jawa Timur, Jakarta). Namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah
cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu,
seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir
yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak
istri raja Majapahit yang
berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam
pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan
berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia
mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu
kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari
kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil
untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan
melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
"sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan
kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan
masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk
kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk
Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas
raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari
atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi
simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras
dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi
simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong
yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil
tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan
dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok.
Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun
begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena
sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya
memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat
Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi
Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita
tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning,
namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri.
Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak
Kerajaan Ponorogo Raja
Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam
tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya
merupakan tarian perang antara KerajaanKediri dan
Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari
dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.
3.Pementasan
Reog
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa
peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog
Ponorogo terdiridari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian
pertama biasanyadibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba
hitam, dengan mukadipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok
singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis
yang menaikikuda. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang
menaikikuda:
A.Tarian pembuka
Pada reog tradisional, penari ini biasanya
diperankan oleh penari laki-lakiyang berpakaian wanita.Tarian ini dinamakan
tari jaran kepangatau jathilan,yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu
tarikuda lumping.Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh
anak kecil yangmembawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
B.Tari
inti
Setelah tarian pembukaan selesai, baru
ditampilkan adegan inti yangisinya bergantung kondisi dimana seni reog
ditampilkan. Jika berhubungandengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah
adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita
pendekar.Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang
tersusunrapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya
pemimpinrombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang
pemainyang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut
kelelahan.
C.Tarian penutup
Adegan terakhir adalahsinga barong,dimana pelaku memakai
topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burungmerak
dan mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat
sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan
berlangsung. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topengyang berat ini
dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain
diperoleh dengan latihan yang berat, jugadipercaya diproleh dengan latihan
spiritual seperti puasa dan dantapa.Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk,
kenong, genggam, ketipung, angklung danterutama salompret, menyuarakan nada
slendro dan pelog yang memunculkanatmosfir mistis, unik, eksotis serta
membangkitkan semangat. Satu groupReog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua,
sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono
Suwandono. Jumlahkelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran
utama berada pada tangan warok dan
pembarongnya.
4.Tokoh
Dalam Pementasan Reog
Jathilan
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan
salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan
ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.
Warok
"Warok" yang berasal dari kata
wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan
perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang
kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi
petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik
Barongan (Dadak merak) merupakan
peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo.
Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari
kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah
seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang
sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja
yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut.
Bujang Ganong
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga
Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian
dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu -
tunggu oleh penonton khususnya anak-anak.
BAB III
(PENUTUP)
C.
KESIMPULAN
Reog
Ponorogo adalah kesenian asli milik Indonesia, khususnya Ponorogo,Jawa Timur.
Kesenian yang satu ini memang sedikit berbau mistik. Tidak jarang juga dalam
sebuah pertunjukan reog ada pemain kesenian reog yang kesurupan. Namun, ada
pawang yang telah bertugas menangani jika ada pemain yangkesurupan. Kesenian
ini terdiri dari lima tokoh utama, yaitu Prabu KelonoSewandono, bujang ganong,
jathilan, warok, dan barongan. Sayangnya, banyak remaja sekarang ini ada yang
belum mengerti dan mengetahui akan kesenian reog ini . Sehingga diperlukan
usaha untuk mengenalkan kesenian Reog Ponorogo kepada mereka. Melalui makalah ini
penyusun berharap para pemuda yang tidak mengetahui akan kesenian reog ini,
setelah membaca makalah ini menjadi lebih mengenal kesenian reog ini. Sehingga
diharapkan timbul rasa bangga karena mempunyai kesenian reog sebagai salah satu
kebudayaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA